Bioskop di Kota Kisaran, Riwayatmu Kini

Sejarah Bioskop di Indonesia

Sebelum tahun 1970 sarana hiburan rakyat yang bersifat visual masih sangat terbatas atau sederhana. Karena tempat pelaksanaan hiburan tersebut belum difokuskan pada satu tempat bangunan yang khusus. Artinya pelaksanaan hiburan ini masih dilaksanakan di tempat terbuka seperti di lapangan ataupun di tempat-tempat yang lebih luas. Hiburan ini pada masa itu disebut “layar tancep” (bioskop keliling). Layar tancep ini ini bersifat gratis yang memang ditujukan sebagai sarana bagi masyarakat kecil di sebuah daerah. Layar tancep ini telah ada sejak lama tepatnya sebelum zaman kemerdekaan seperti halnya yang dilakukan oleh orang-orang Belanda yang menggelar layar tancep ini di dalam perkebunan-perkebunan mereka saja, layar tancep ini lebih ditujukan bagi para pekerja perkebunan-perkebunan sehingga lebih bersifat tertutup bagi masyarakat umum, kegiatan ini biasanya dilaksanakan tepat pada acara pasar malam.

Perkembangan Industri Bioskop
Kembali ke tahun 70-an dimana televisi (tv) sudah mulai ada tetapi belum semua masyarakat memilikinya disamping harganya yang mahal dan tergolong barang mewah pada masa itu. Bioskop pada masa itu sudah menjadi primadona bagi dunia hiburan masyarakat. Keberadaan televisi (tv) sebenarnya dapat dianggap saingan bagi bioskop pada masa itu. Kehadiran televisi (tv) menyebabkan masyarakat enggan untuk mencari hiburan yang berupa tontonan diluar rumah. Disinilah strategi bioskop sangat menentukan bagi pengusaha-pengusaha untuk merangsang masyarakat untuk menonton film di bioskop. Di tahun 70-an bioskop menjadi dunia pemasaran perfilman di Indonesia.


Lesunya Industri Bioskop
Bisnis Bioskop di kota Kisaran mengalami kemerosotan yang disebabkan oleh beberapa faktor; Permasalahan pertama yang terjadi adalah pembajakan yang merajalela. Pembajakan ini disinyalir terjadi berkat maraknya masyarakat yang memiliki video tape/ VCD Player secara personal di rumah. Menikmati film di rumah pun menjadi tren tersendiri karena lebih santai dan tentunya irit, bahkan masyarakat tidak perlu membeli Vidio/Film yang akan di tonton karena dapat ditemukan dengan mudah dengan cara merental/menyewa di tempat-tempat penyewaan film atau membeli film bajakan. Tindakan seperti ini memang membuat para masyarakat menengah riang gembira, karena dengan budjet minim mereka dapat menikmati hiburan layaknya di bioskop, sebaliknya malah membuat para pengusaha bioskop “menangis” meratapi pemasukan yang makin menipis.

Di saat pembajakan belum mereda, pada awal 1990-an para pengusaha bioskop kembali dihadapkan pada permasalah berikutnya: munculnya siaran televisi asing lewat parabola. Ancaman lainnya kemudian adalah hadirnya televisi swasta nasional: RCTI , SCTV dan TPI. Ketiga jenis televisi ini membawa satu permasalahan yang homogeny buat bioskop yaitu tayangan film gratis. Keadaan tersebut ternyata tidak menyurutkan niat para pengusaha kelas kakap untuk berinvestasi dan berinovasi di industri ini.


Kondisi Bioskop di Kota Kisaran Saat ini
Saat ini tidak ada satupun bioskop yang beroperasi di Kota Kisaran. Bagi anda generasi yang lahir dan besar di dekade 2000-an mungkin tidak tahu bahwa pernah ada beberapa bioskop di Kota Kisaran. Berikut ini informasinya;

Ria Theatre
Bioskop yang pertama kali hadir di kota Kisaran adalah Ria Theatre. bioskop yang  berada di Jl. Imam Bonjol atau berada di pusat kota Kisaran ini mulai beroperasi sekitar tahun 50-an. Sayangnya gedung bioskop tersebut kini sudah tidak bisa kita lihat lagi, dikarenakan sudah berganti menjadi rumah burung walet.


Varia Theatre
Mungkin bioskop ini dulunya adalah bioskop yang paling “berkelas” diantara bioskop lainnya di Kisaran. Ini dikarenakan terdapat 3 studio di dalamnya dan dilengkapi dengan kursi yang lebih nyaman dan menggunakan pendingin udara. Tiket masuk di bioskop ini cenderung lebih mahal dibandingkan dengan yang lainnya. Bioskop ini terletak di Jl. A. Rivai, bangunan bioskop ini sendiri masih ada hingga sekarang. Namun terbengkalai tanpa fungsi, hanya pelatarannya saja yang digunakan oleh PKL kuliner yang banyak mangkal di sepanjang jalan A. Rivai.


Jaya Theatre
Bioskop ini terletak di Jalan Diponegoro, tidak banyak informasi yang kami dapat mengenai bioskop ini. Namun ada beberapa pengalaman pribadi yang penulis rasakan sewaktu menononton di bioskop ini. Antara lain: bioskop ini adalah bioskop yang paling nasionalis, ini dikarenakan lebih banyak memutar film-film nasional ketimbang film asing. Bahkan tiket masuknya juga sangat menggiurkan bahkan ada istilah 1-2 (1 tiket untuk 2 orang) dan harga tiketnya terkenal paling murah diantara bioskop lainnya. Sayangnya kondisi studionya pada waktu itu tidak terjaga dan terkesan sangat tidak nyaman seperti ada kursi yang rusak bahkan ada ulah penonton yang sengaja merusak fasilitas bioskop tersebut.


Star/Cahaya Theatre
Inilah bioskop terakhir yang pernah ada di Kota Kisaran, Pertama kali berdiri bioskop ini memiliki nama Star Theatre. Bioskop yang teletak di Jl. Sisingamangaraja Kisaran ini mungkin adalah bioskop paling “mesum” yang pernah ada di Kota Kisaran. Puncaknya pada bulan Mei tahun 1993, Bioskop Star yang disinyalir suka memutar film porno dirusakkan massa. Mereka merobohkan kantin dan tempat parkir bahkan api membakar sebagian gedung. Setelah kejadian itu bioskop Star berubah nama menjadi Cahaya Theatre. Namun seperti tak mau belajar dari kesalahan bioskop ini hanya namanya saja yang berubah. Kegiatannya tetap sama seperti sebelummnya, tetap masih suka memutar film-film mesum untuk menjaring penonton. Yang akhirnya izinnya dicabut karena polisi menggrebek bioskop tersebut pada saat memutar film porno. Bangunan Bioskop ini mengalami pemugaran sekaligus beralih fungsi menjadi Klinik Spesialis Terpadu.



8 Response to "Bioskop di Kota Kisaran, Riwayatmu Kini"

  1. Ryan Shinuraz says:

    Mantaf Mantaf.
    Kalau jurnalis di Asahan seperti bapak-bapak Kabupaten ini sudah maju lebih dari sekarang ini. Asal penulis tahu saja (barang kali memang sudah lebih tahu) saat ini kata "jurnalis" seperti phobia bagi sebagian masyarakat asahan. Terutama bagi para PNS/Pejabat di pemkab Asahan. Entah karena memang sudah seperti itu atau hanya memang di daerah ini saja yang seperti itu saya sendiri pun bingung. Hal ini antara lain disebabkan tindakan para jurnalis yang sering "arogan" dan tidak berimbang dalam membuat berita. Cenderung menghakimi dari pada membuat solusi, seperti kata pak Ramadhan. Padahal jurnalis itu adalah pekerjaan mulia. Seperti yang saudara-saudara lakukan.

    Ryan Shinuraz

    Seppp..
    Semoga dapat memberikan motivasi kepada pejabat daerah dan masyarakat agar lebih menyadari pentingnya menjaga fasilitas publik di daerahnya...

    Sepp

    Semoga bermanfaat bagi pembaca, terutama para masyarakat dan pejabat daerah. Agar lebih menjaga kelestarian fasilitas publik daerahnya...

    Anonim says:

    .....

    Sepp Gan...

    Tapi kalau masih ada arsip saat bioskop masih beroperasi, lebih manteb lagi.

    Semoga postingan ini mendapat perhatian dan dukungan dari pejabat daerah. Dan semoga saja masyarakat dapat menjaga fasilitas publik yang ada di daerahnya....

    madanthio says:

    @Nuraz: Rasanya kami belum pantas kalau disebut sebagai Jurnalis, mungkin lebih tepatnya Blogger dengan predikat "newbie".

    @Noer: Semoga kita dapat membangun Kota Kisaran untuk lebih baik lagi.

    Maju terus Brother

    mantab ulasannya.... saya numpang izin ambil photonya bang....

Posting Komentar

Powered by Blogger